Aku lelah.
Saat aku lelah, seharusnya yang aku lakukan istirahat. Tidur. Lakuin hal-hal yang bikin aku happy.
Tapi, beristirahat ngebuat aku jadi merasa bersalah.
Biasanya, kalau aku udah lelah, pikirannya liar. Lari ke jurang penuh keputusaaan.
Salah satu pikiran yang selalu menghantui aku adalah hubungan terakhirku yang kandas.
Secara logika, aku tau, bahwa aku dan dia bukan pasangan yang selaras.
Banyak yang hal yang harus kami korbankan untuk bersama-sama.
Hubungannya tidak effortless, banyak sakitnya, banyak pengorbanan tanpa ujung. Ketika bertahan, aku yakin dua duanya akan sakit.
Cinta setulus apapun pasti akan hilang kalau hubungan didasari oleh rasa sakit.
Namun, ketika aku mengetahui suatu fakta, kalau dia sudah mencoba membuka hati kepada orang lain, si Nia "Kecil" tidak terima.
Dia berkata:
"Itu kan punyaku. Gak boleh ada yang ambil. Gak ada yang boleh miliki kecuali aku"
Dia merengek menggerutu
"Aku kan udah banyak mengorbankan diriku untuk dia. Tapi dia dapat orang yang lebih baik dariku. Gak adil"
Egoisnya si Nia "kecil"
Padahal faktanya, dia juga lagi membuka hati untuk orang baru. Sudah membayangkan masa depan semu bersamanya.
Sudah membayangkan rasanya pindah dari kota untuk pindah ikut dengannya dari tempat menyebalkan ini
Angan-angan semu untuk meredakan rasa tidak terima dengan hidup yang semakin lama semakin berat rasanya.
Padahal objek baru ini juga tidak jelas keberadaannya dan niatnya
Tapi dia sebagai penutup rasa sakit terhadap fakta bahwa aku bukan perempuan yang mantanku pertahankan.
Padahal aku cinta.
Cinta yang membuat aku rela untuk keluar dari zona nyaman untuk bisa bersamanya.
Makanya si Nia kecil ga terima. Enak aja aku juga setulus ini. Sesayang ini. Seberkorban ini. Malah digantikan dengan orang baru.
Rasanya mau marah.
Aku marah sama kamu.
Sanggup ya ninggalin aku. Sanggup ya kenal orang baru. Sanggup lebih memilih orang lain dibandingkan memperjuangkan aku.
I feel like Lorde, versi lagu Writer in the Dark.
Semoga suatu hari nanti, ketika aku udah ketemu kebahagiaanku dengan orang lain yang lebih layak dapatkan ketulusanku.
Kamu menyesal.
Dan ketika waktu itu datang,
Aku bahkan sudah lupa bentuk wajahmu.
0 komentar:
Posting Komentar